• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • IT Center
  • Perpustakaan
  • Penelitian
  • Webmail
  • Hubungi Kami
Universitas Gadjah Mada Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Tentang Kami
    • Visi dan Misi
  • Berita
  • Kegiatan
    • Arsip
    • Unduhan
  • Fasilitas
  • Galeri
  • Beranda
  • Event
  • Mathori A Elwa, bertajuk “Yang Maha Syahwat”

Mathori A Elwa, bertajuk “Yang Maha Syahwat”

  • Event
  • 19 May 2016, 04.24
  • Oleh: Admin Jr
  • 0

Diskusi Sastra PKKH UGM edisi Mei 2016 akan membahas sajak karya Mathori A Elwa, bertajuk “Yang Maha Syahwat”. Kami mengundang Anda untuk hadir dalam kegiatan akan ini, pada:

Senin, 23 Mei 2016
Pukul 19.30 WIB-selesai
Di Hall PKKH UGM, Bulaksumur, Yogyakarta

Pembahas:
Dimas Indiana Senja (sastrawan)
Aulia Rahman (mahasiswa S2 Ilmu Sastra FIB UGM)

MC dan Moderator:
Arie Azhari Nasution

Mari hadir, mengapresiasi dan turut berdiskusi. Acara ini terbuka untuk umum, tanpa dipungut biaya.
Kami mengunggah ulasan atas puisi yang dibahas, sebagai pemantik diskusi. Silakan klik tautan: https://www.facebook.com/events/714610308575445/

Salam.
***
Di bawah ini, sajak yang akan kita perbincangkan:

Yang Maha Syahwat

: NHR

  1. aku seorang pengembara atau pertapa
    kubiarkan dirimu menentukan jalan sendiri
    dan tunggulah suatu saat
    bahwa bulan bersinar karena aku
    matahari terbenam karena aku
  2. aku seorang pengembara atau pertapa
    dari timur atau barat aku berjalan
    mengarungi lembah dan rawa-rawa
    jika aku menari-nari
    itulah angin, topan dan setan
  3. rumahku gua-gua
    pakaianku rumbai-rumbai dan syahwat
    menghirup wangi dan tengik tubuh-tubuh di keramaian
    sambil kukuras habis harta dan kemewahan
    agar aku terkubur
    membiarkan kelakar atau tepuk tangan berlalu
    hingga bahasamu hancur berantakan
    dimakan raksasa dan kebringasan
  4. aku ingin pergi terus
    mengemban amanat para pendaki atau pemabok
    tak bahagia karena senyuman
    kini pun aku tertawa lebar-lebar
    lewat bencana dan ketololan
    sedang di samping kemah-kemahku
    biarkan benderamu berkibar-kibar atau busuk
    aku tetap tak peduli
    seperti kemabukanmu
    sejarah dan hari-hari haus darah
    dan senyumku yang mungil
    kusimpan sebagai belati atau pelor
  5. dengan berkabung
    kurayakan hari-hari, kemerdekaan dan tahun-tahun
    dengan cinta atau kebencian
    kujalani hukuman-hukuman
  6. atas nama kekecewaan
    segenap penjuru dunia
    seribu penari dan sejuta lelaki buas
    menjulurkan kelamin ke liang kubur
  7. atas nama tetekbengek
    kujual tubuhku di pasar-pasar swalayan
    sedangkan para pembeli sembahyang atau bernyanyi
    memamerkan taring atau pahanya
    dengan gemetar
  8. atas nama kejujuran
    kulepas kemaluan dan rasa hormat
    dengan sepatu butut
    kucintai tanah air dan kerajaan-kerajaan
  9. dengan kemesraan palsu
    kusambut hari-hari dan beer dan whisky
    ketika seorang pencuri dari golongan atas
    mengajakku berutang budi, meskipun
    dengan tak gentar
    kusimpan hadiah dan bencana itu
    di mana-mana
  10. seperti kiamat
    aku menelan pil pahit dan racun
    dari lidah betarakala
    seperti cinta yang mampus
    para peri menertawakan dari arah lain
    sedang sejak seabad yang lalu
    tumbuh taring di kepalaku
    dan semilyard lebih kalajengking
    keluar dari lubang duburku yang agung
  11. aku ini pejalan jauh
    melebihi khayalanmu
    kupikat segala laki-perempuan
    agar tak sempat ngasah senjata
    agar dunia mustahil
    seluruh urat nadi menjadi absurd
    mengeluarkan semua yang berbau borok
  12. kutinggalkan kampung halaman
    dan aku bersembunyi di mana-mana
    jangan bertanya atau menccoba menjawab segala persoalan
    bahkan seluruh bukit atau kekuasaan pun
    tak pernah menyapa siapa-siapa
    juga keherananmu hanyalah luka
    yang akan terus kurawat
    agar tetap menganga
  13. kupelihara kambing-kambing dan budak
    kuteror semua gembala atau juragan
    hingga siksaan dan cacimaki mencibirmu
    pendengaran ganjil
    mengobrak-abrik rumah tangga kerajaanmu
    agar kenyataan lebih baru dan tampak menor
    aku rela menjadi penguasa jagat
    seperti buku, dongeng dan sejarah
    perasaan halus kurobek-robek
    kusimpan kemudian kujual di pasar-pasar loak
  14. tangis dan doamu hanyalah musik dangdut
    segala langkah rencana-rencana
    hanyalah tarian hulahoop para pelacur
  15. seperti semula
    aku akan lebih gila dari para gigolo
    bermula dari sodom
    berakhir melampaui gomorah
  16. seperti halnya para penyair sial
    kalian berkoar-koar di atas panggung
    tak berdaya menghadapi sihir instalasiku
    sebagai penjilat dari segala zaman
    kalian berkhutbah saling mengangkangi
    menyanyikan lagu dari kubur
    surga dan jahanam
  17. memandang tanganmu sakit
    berdarah kebencian
    aku hanya nyinyir
    bersyukur kepada para pembunuh dan pengumpat
    berjuta-juta pasukan serdadu baruku
    telah menjual tanah air dan gunung-gunung
    meskipun aku tetap sendiri
    dingin
    dan berkuasa
  18. berpestaporalah wahai diriku semua
    dalam kemiskinan atau rumah mewah
    negeri yang dibangun para pahlawan dan bajingan
    semua yang ada di sini adalah aku
    sang pengembara ulung
    kejeniusan dan ketololan kuwariskan bagi germo-germo
    kalian yang pinggiran dan ceremeneh
    kubiarkan sakit terlunta-lunta
  19. wahai diriku yang berotak cemerlang
    jangan hanya kekerasan
    ciptakanlah pengangguran besar-besaran
    di dalam filsafatku, tak ada musuh atau sekutu
    semua adalah musuh atau sekutu
  20. karena kebaikan yang busuk inilah
    dunia menjadi lain dan melesat jauh
    semua naik pesawat-yang-akan-datang
    atau sekarat sekalian
    selebihnya tertinggal sebagai debu dan gurem-gurem
    sementara aku yang mengajari tepuk tangan
    akan tetap sebagai psikopat yang maha syahwat
    di menara-menara
    lembah-lembah
    dan rawa-rawa
    manusia

1990/1994

***
MATHORI A ELWA, dilahirkan di Magelang, 6 September1966. Menulis sajak sejak SMA. Alumnus Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta asuhan KH Ali Darokah, MA-SMA I Al-Islam Surakarta, dan Fakultas Ushuluddin Program Teologi & Filsafat IAIN Sunan Kalijaga ini pernah membacakan sajak-sajaknya—antara lain—di Gedung Kesenian (GK) Purna Budaya Yogyakarta, Hall IAIN Sunan Kalijaga, GK Rumentang Siang Bandung, Galeri Popo Iskandar Bandung, GK Tasikmalaya, GK Nyi Rara Santang Cirebon, Teater Arena Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Fakultas Sastra UGM, Kedai Kebun, Teater Arena Surakarta, Galeri Nasional Jakarta, dan Festival Puisi Internasional Indonesia 2002 (Solo-Makassar-Bandung). Selama di Yogya (1986-2003), Mathori pernah bekerja untuk Sanggar Teater Eska IAIN Yogyakarta, Sanggar Shalahuddin, Yayasan Annisa Swasti, Penerbit Titian Ilahi Press, Penerbit Zaituna, Tabloid Padhang mBulan, dan Tabloid Kampung Halaman Brebes Pos, LKPSM NU Yogyakarta, dan Jasa Penyucian “Sokka Loundry”. Sejak April 2003 Mathori hengkang ke Bandung dan bergabung dengan Penerbit Nuansa Cendekia Bandung. Buku sajaknya yang sudah terbit antara lain Yang Maha Syahwat (Yogyakarta: LKiS, 1997) dan Rajah Negeri Istighfar (Yogyakarta: Aksara Indonesia, 2001), dan Aku Pernah Singgah di Kotamu (Bandung: Kiblat Buku Utama, 2005)

Universitas Gadjah Mada

Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri
Kampus Universitas Gadjah Mada
Jl. Pancasila No. 1, Bulaksumur, Sleman
D.I. Yogyakarta 55281, Indonesia
Email : pkkh@ugm.ac.id
Telp : +62 (274) 557317, +62 (274) 557317

© 2017 PKKH Universitas Gadjah Mada

AksesKontak

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY