Diskusi Sastra Nasional PKKH UGM akan kembali digelar!
Sulandri, gadis remaja jelita yang tidak tahu apa-apa dibawa ke istana. Diantar oleh ayah dan keluarganya, Sulandri dipersembahkan pada sang raja. Di dalam istana, semua orang memperlakukan Sulandari dengan baik, segala kebutuhannya juga dipenuhi. Sulandri akhirnya tahu bahwa ia akan menjadi selir raja. Di tengah kebingungan, ia terus menerka-nerka apa yang akan terjadi hari demi hari. Ia mulai memahami bagaimana melayani sang raja dengan baik. Kepandaiannya membuat Sulandri menjadi selir kesayangan raja. Perbedaan perlakuan raja pada Sulandri membuat selir lain cemburu. Terlebih ketika raja tidak mengambil selir baru. Suatu malam, Sulandri terbangun dan terhenyak menyaksikan peristiwa pembunuhan sang raja oleh adik tirinya.
***
Edisi September 2017 membahas cerpen karya I Made Iwan Darmawan (Bali), berjudul “Selir Sulandri”.
Kami mengundang Anda untuk hadir pada diskusi yang akan diselenggarakan pada:
Rabu, 6 September 2017
Pukul 19.00 WIB-selesai
Di Hall PKKH UGM, Bulaksumur
Pembahas:
Linda Christanty (Jakarta)
Iwan Saputra (Mahasiswa S2 Ilmu Sastra FIB UGM)
Moderator: Ramis Rauf (Mahasiswa S2 Ilmu Sastra FIB UGM)
Permbaca Cerpen: Bambang Darto (seniman)
Acara ini terbuka untuk umum dan gratis.
Sampai jumpa!
Silakan klik tautan berikut:
1. Untuk mengunduh cerpen (format pdf) Cerpen Selir Sulandri_I Made Iwan Darmawan
2. Untuk mengunduh ulasan Linda Christanty tentang cerpen Selir Sulandri (format pdf) Catatan tentang cerpen Selir Sulandri oleh Linda Christanty
Tentang pengarang
I Made Iwan Darmawan sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (1987) dan sempat pula di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (1992). Jalur jadi penulis ia lewati dengan bekerja sebagai wartawan, fotografer dan redaktur di koran Bali Post (1997-2009). Rentang liputan yang luas, mulai dari politik hingga budaya, membuatnya banyak belajar tentang kehidupan masyarakat Bali secara utuh.
Setelah membaca banyak literatur, berdiskusi dengan banyak ilmuwan dan mengamati secara langsung kehidupan nyata, ia memutuskan untuk menulis novel. Dengan kerja keras, dalam waktu sebulan sudah rampung. Namun karena ingin memberikan yang terbaik pada pembaca, secara serius selama berhari hari, hingga 7 bulan ia melakukan editing. Baginya setiap hal yang diungkap dalam novelnya, walau fiksi, harus ada rujukannya, artinya ia harus membaca lagi banyak buku untuk memberi keyakinan bahwa apa yang ditulisnya itu tepat. Akhirnya Maret 2010 Gramedia Widiasaran Indonesia (Grasindo) novel ini dalam judul AYU MANDA.
Dalam bidang kepenulisan, karya esai dan cerpennya pernah dimuat di majalah Jakarta-Jakarta, majalah Humor, Suara Pembaruan, Koran Tempo, Bali Post. Dua karyanya, Cerbung Ritus Legong dan Cerpen Selir Sulandri menjadi juara di majalah Femina tahun 2004.
Tentang pembahas
Linda Christanty seorang penulis dan jurnalis Tulisannya telah diakui oleh berbagai penghargaan termasuk penghargaan sastra nasional di Indonesia (Khatulistiwa Literary Award 2004 dan 2010), penghargaan dari Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional (2010 dan 2013), dan The Best Short Stories version oleh harian Kompas (1989). Esainya “Kekerasan Militer dan Kekerasan di Timor Lorosa’e” memenangkan Penghargaan Hak Asasi Manusia untuk Karya Terbaik pada tahun 1998. Dia juga menulis naskah untuk drama tentang transformasi konflik, bencana dan perdamaian di Aceh. Ini dilakukan di Forum P.E.N Dunia (P.E.N Japan and P.E.N International Forum) di Tokyo, Jepang (2008). Dia menerima penghargaan penulis Asia Tenggara, S.E.A Write Award, pada tahun 2013.