• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • IT Center
  • Perpustakaan
  • Penelitian
  • Webmail
  • Hubungi Kami
Universitas Gadjah Mada Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Tentang Kami
    • Visi dan Misi
  • Berita
  • Kegiatan
    • Arsip
    • Unduhan
  • Fasilitas
  • Galeri
  • Beranda
  • Berita
  • Forum Umar Kayam PKKH bersama Didik Nini Thowok

Forum Umar Kayam PKKH bersama Didik Nini Thowok

  • Berita, Event
  • 17 September 2015, 06.51
  • Oleh: Admin Jr
  • 0

Ia terlahir dengan nama Kwee Tjoen Lian. Pada sebuah fase hidupnya, orangtuanya mengubah nama bocah ini menjadi Kwee Tjoen An. Adakah Anda familiar dengan nama ini? Jika Anda asing, mungkin nama Didik Hadiprayitno akan membantu. Orang sama yang kita bicarakan ini kemudian populer dengan nama Didik Nini Thowok . Ia adalah salah seorang penari Indonesia ternama, terutama melalui koreografi tarian dua wajah.

PKKH UGM mengundangnya dalam Forum Umar Kayam untuk berbagi cerita tentang pengalaman dan visinya tentang kerja kreatif dalam menari, serta pendapat kritisnya tentang ranah seni tari Indonesia dalam peta seni tari dunia.

Acara akan diadakan pada:

Hari/Tanggal: Selasa, 29 September 2015

Waktu: Pukul 14.00-16.00 WIB

Tempat: Ruang Gong PKKH UGM, Bulaksumur

Kepada Didik Nini Thowok, akan ditanyakan: Bagaimana pada awalnya ia memutuskan untuk mengolah gaya tari dengan dua wajah? Apa latar belakangnya? Siapa yang paling memengaruhi dan menginspirasinya dalam mengeksplorasi koreografi tersebut? Eksplorasi estetik seperti apa yang ia lakukan dalam mencipta koreografi secara umum, dan dalam mencipta koreografi dua wajah secara khusus? Gagasan tampil dua wajah oleh satu orang performer juga dilakukan oleh nama-nama lain di Indonesia. Apa yang menurut Didik membedakan kreasinya dengan performer lain? Apakah bentuk kreasi ini akan mencapai titik jenuh eksplorasi?

Didik pernah diundang menjadi pembicara dalam konferensi cross-gender terkait proses kreatifnya di dunia tari. Bagaimana pandangannya tentang wacana cross-gender di dunia tari? Bagaimana menurutnya persepsi umum di Indonesia tentang wacana ini?

Sebagaimana penari-penari profesional dan senior lain, Didik mendirikan sanggar tari, yang ia beri nama Sanggar Tari Natya Lakshita. Dalam sebuah obrolan, ia sempat katakan bahwa pelaku seni harus paham hal manajerial dan tertib manajemen. Didik memang tidak hanya menari, tapi ia menjalankan peran sebagai seorang networker seni, yang wilayah jangkaunya sudah mendunia. Bagaimana ia melihat kecenderungan terkini ranah seni tari di Indonesia? Apa saja elemen infrastruktur seni tari yang perlu dibenahi di Indonesia?

Faruk HT akan memoderatori obrolan dengan Didik Nini Thowok ini.

Universitas Gadjah Mada

Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri
Kampus Universitas Gadjah Mada
Jl. Pancasila No. 1, Bulaksumur, Sleman
D.I. Yogyakarta 55281, Indonesia
Email : pkkh@ugm.ac.id
Telp : +62 (274) 557317, +62 (274) 557317

© 2017 PKKH Universitas Gadjah Mada

AksesKontak

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju