Pameran Seni Rupa “Duh Gusti” yang berada dalam rangkaian Proyek Seni Indonesia Berkabung akan digelar pada Jumat, 18 September 2015 di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM. Pameran ini akan berlangsung hingga 25 September 2015 dengan menghadirkan karya dari tujuh perupa dan performer.
Pameran Seni Rupa “Duh Gusti” alih-alih mengungkapkan rasa duka, keprihatinan namun juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi sosial-politik yang tengah berlangsung di Indonesia melalui karya yang ditampilkan. “Duh Gusti” selain menjadi ungkapan kesedihan yang dalam namun dapat pula dimaknai sebagai ungkapan permohonan terhadap yang maha kuasa.
Seniman yang terlibat dalam pameran ini yaitu: Cahaya Negeri (kolaborasi antara Agnesia Linda, Doni Maulistya dan Nindityo Adi Purnomo), Dito Yuwono, Elia Nurvista, Fajar Suharno, Ngakan Ardana, Pang Warman, dan Wimo Ambala Bayang serta dikoordinir oleh Pius Sigit Kuncoro. Dalam pameran Seni Rupa “Duh Gusti” juga akan ditampilkan 60 karya hasil kegiatan melukis bersama yang pernah diselenggarakan satu bulan lalu di Beringin Soekarno, Universitas Sanata Dharma. Sebelumnya, para seniman telah melalui beberapa sesi focused group discussion bersama dengan anggota Proyek Seni Indonesia Berkabung guna menggali gagasan serta tema yang hendak diangkat.
Karya-karya yang ditampilkan kebanyakan bersifat interaktif, seperti karya Elia Nurvista yang mengundang pengunjung pameran untuk bermain monopoli. Sementara itu, Ngakan Ardana mengajak pengunjung untuk menuliskan situasi atau hal-hal yang dinilai membawa sial dalam hidupnya di secarik kertas dan menggantungkannya di tali sepanjang ruang pamer lantai bawah. Cahaya Negeri mengajak pengunjung untuk merapalkan doa-doa dalam podium-podium yang disediakan. Pengunjung juga dapat mengirimkan doa ke akun sosial media Cahaya Negeri dan akan ditampilkan melalui layar. Wimo Ambala Bayang akan menampilkan video yang diproyeksikan pada rolling door yang berisikan teks karya Puthut EA dan akan dibacakan oleh Syafiatudina. Pang Warman akan menghadirkan instalasi lima rangkai pintu jawa (gebyok) yang dapat diakses oleh seluruh pengunjung. Performer Fajar Suharno juga akan merespon instalasi tersebut dengan melakukan gerakan-gerakan taichi pada malam pembukaan pameran.
Di akhir pameran, kumpulan kertas karya Ngakan Ardana akan dibakar melalui prosesi Pralaya Matra (sebagai bentuk prosesi buang sial) dan sekaligus menandai penyelenggaraan Festival Musik “Berani Jujur” pada 25 September 2015 (hari pungkasan pameran “Duh Gusti”). Keseluruhan acara ini gratis dan terbuka untuk umum. Pameran dibuka setiap hari, pukul 10.00-21.00 WIB.