Panitia Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2015 bekerjasama dengan PKKH UGM menyelenggarakan diskusi, yang diniatkan sebagai wahana bagi masyarakat Yogyakarta menyampaikan respon kritis terhadap perhelatan “ANTAWACANA” JSSP 2015.
Diskusi akan diselenggarakan pada:
Senin, 7 Desember 2015
Pukul 15.00 WIB-selesai
Di Ruang Gong PKKH UGM, Bulaksumur
Diskusi akan diawali dengan paparan dari Anusapati (Ketua Asosiasi Patung Indonesia/API) dan Tim Panitia JSSP 2015.
Sebagai rangkaian dari diskusi ini, Anda dipersilakan untuk mengikuti salah satu dari dua hari guided-tour yang merupakan kegiatan reguler selama JSSP 2015 berlangsung. Pilihan hari guided tour adalah:
– Sabtu, 5 Desember 2015, pukul 16.00 WIB
– Minggu, 6 Desember 2015, pukul 16.00 WIB
Start: Plaza Tugu Golong-giling, sampai Kleringan.
Acara diskusi ini terbuka untuk umum. Jadi mari datang dan mengobrol! Salam.
***
Pemantik diskusi:
Meningkatnya penyelenggaraan pameran dan apresiasi karya seni patung di ruang publik menjadi sinyal positif terhadap perkembangan aktivitas seni rupa di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. JSSP (Jogja Street Sculpture Project) 2015 hadir dengan menampilkan 32 patung yang menghiasi sudut kota Yogyakarta, dari jalan Margoutomo hingga Kleringan. Dampak positif dari kehadiran karya seni patung di ruang publik tidak hanya mampu menjadi sarana edukasi masyarakat terhadap karya seni rupa, tetapi juga mampu menjadi medium komunikasi atas fenomena realitas sosial yang berkembang di lingkungan masyarakat.
Jalan Margoutomo hingga Kleringan dipilih karena secara simbolik daerah Tugu berada di pusat kota. Selain itu jalanan relatif lengang serta potensial sebagai destinasi wisata setelah Malioboro. Konsep Street dipilih karena mampu menyerap sifat-sifat pada karya seni jalanan, dimana sifat temporer namun mengutamakan sensasi visual sebagai unsur pembentuk kesan atraktif dan sensasional. Melalui ukuran, rancangan patung, display, elemen pendukung seperti warna, gestur, material, diharapkan mampu menjadi kesatuan yang dapat membentuk karya yang interaktif. Seniman dan kurator bekerjasama untuk menciptakan serta menyajikan sebuah karya seni patung yang dapat mengungkap trend persoalan sosial yang terjadi. Dengan membangun komunikasi yang cepat dan interaktif, masyarakat mendapat pengalaman visual untuk membangkitkan nilai-nilai yang mungkin terpendam.
Ruang publik tidak hanya dipandang sebagai sebuah ruang yang dipergunakan oleh publik dan dikelola oleh pihak-pihak tertentu saja, tetapi mulai timbul pandangan bahwa ruang publik merupakan arena dalam menghadirkan simbol kekuatan. Simbol-simbol tersebut terimplementasi dalam bentuk fungsional dan nonfungsional, seperti halnya kehadiran infrastruktur bagi pengguna ruang publik. Infrastruktur tersebut dihadirkan oleh pihak pengelola bagi pelayanan dan kemudahan publik, antara lain papan informasi, trotoar, traffic light, ruang duduk, halte, dan lain sebagainya.
Infrastruktur tersebut dihadirkan untuk menciptakan interaksi pada publik, baik untuk menimbulkan rasa nyaman, aman, terhibur, teredukasi, dan sikap positif lainnya. Dalam konteks pameran karya seni patung di ruang publik, JSSP melalui karya seni yang dihadirkan berupaya agar timbul kesadaran bagi masyarakat melalui tema yang disajikan. Masyarakat diharapkan merespon karya seni tidak hanya sebagai obyek aktualisasi diri dalam bentuk selfie saja, sebagai trend budaya masyarakat di era sosial media. Tetapi timbul kesadaran untuk ikut memahami makna yang terkandung dalam karya yang disajikan. Dalam mendukung hal tersebut, panitia telah mendukung display karya dengan caption yang memberikan informasi terkait seniman, media yang digunakan beserta konsep. Serta terdapat QRCode yang mampu di-scan dengan teknologi smartphone, sehingga pengunjung dapat terakses dengan website yang secara lengkap mengakomodir berbagai informasi terkait penyelenggaraan dan karya seni secara spesifik. Dengan demikian, pameran yang diselenggarakan tidak hanya bersifat rekreatif, tetapi juga edukatif.
Pameran seni patung di ruang publik JSSP 2015 merupakan awal untuk melangkah pada proyek yang lebih besar dengan capaian yang lebih tinggi. Diharapkan kehadiran JSSP mampu menjadi agenda event berkala yang diselenggarakan di Yogyakarta, sehingga secara langsung dan tidak langsung berdampak bagi sektor ekonomi, pariwisata dan budaya masyarakat dalam hal apresiasi seni rupa. Dibutuhkan dukungan banyak pihak agar tercipta pameran yang berkualitas dan mampu membawa nama Yogyakarta lebih termasyhur di mata dunia. (JSSP 2015)