“Saya memandang Jawa sebagai rahim kultural di mana saya lahir dan kemudian menjelajah ke mana saja dan sebagai tempat saya pulang. Dalam upaya menggali dan memahami daya feminin dan maskulin, saya bertolak dari kekayaan khazanah budaya Jawa. Saya tertarik pada garis tegangan antara daya feminin dan maskulin, di mana hubungan antara dua daya tersebut tidak selalu mutlak dan permanen, melainkan dapat terus bergeser dan selalu terdapat negosiasi di antara keduanya. Garis tegangan dua posisi itu juga saya lihat dalam konteks kebudayaan modern dan global,” adalah petikan pernyataan Sri Astari Rasjid tentang hal yang menginspirasinya dalam berkarya.
Astari—demikian ia akrab disapa—telah menjalani karir sebagai seniman profesional selama kurang lebih 26 tahun. Pada penghujung Februari 2016 ini ia akan menggelar pameran retrospektif berjudul “Yang Terhormat Ibu” di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Universitas Gadjah Mada (PKKH UGM). Pameran ini dihelat hanya beberapa hari sebelum keberangkatannya menjalani tugas negara sebagai Duta Besr Republik Indonesia untuk Republik Bulgaria merangkap Republik Albania dan Republik Makedonia, berkedudukan di Sofia.
Dalam obrolan dengan Astari di Forum Umar Kayam, akan kita dengarkan tuturan Astari tentang perjalanan kesenimanan yang sudah ia jalani mendekati tiga dasawarsa ini. Karya-karyanya dikenal banyak mengembangkan bentuk-bentuk simbolik yang berkaitan dengan unsur dasar yang dimiliki oleh setiap individu, yaitu daya maskulin dan feminin. Mengapa ia begitu menaruh perhatian pada hal ini? Bagaimana ia melihat geliat kedua daya ini pada awal ia memulai fokus pertamanya ini dibandingkan saat ini dimana isunya berpantulan dalam dinamika kehidupan sosial di era digital? Mengapa penjelajahan dan eksplorasi mengenai budaya Jawa begitu menarik baginya? Sebagai seorang seniman yang sudah malang melintang di berbagai peristiwa senirupa internasional, apa yang ia rasa belum ia capai? Dengan jabatan sebagai Duta Besar yang ia emban saat ini, apakah agenda kebudayaan yang sudah ia persiapkan?
Obrolan dengan Astari dalam Forum Umar Kayam kali ini akan dipandu Pitra Hutomo—salah satu pegiat dokumentasi senirupa dari Indonesian Visual Art Archive/IVAA, akan diselenggarakan pada:
Rabu, 24 Februari 2016
Pukul 15.00-17.00 WIB
Di Ruang Gong, PKKH UGM, Bulaksumur
*Acara terbuka untuk umum dan gratis.
Pameran “Yang Terhormat Ibu” oleh Sri Astari Rasjid akan digelar 27 Februari hingga 4 Maret 2016, di Ruang Pameran dan Hall PKKH. Ada serangkaian kegiatan menarik yang sangat layak simak. Kami akan unggah publikasinya segera untuk Anda.