Jogja Artweeks 2016 dan PKKH UGM mempersembahkan:
Percakapan dengan Kebisingan 2.0: Orkestra Retetet Ndona-Ndona
Sebuah Pertunjukan Partisipatoris karya Jay Afrisando
Pada:
Rabu, 27 Januari 2016
Mulai pukul 19.30 WIB (pintu dibuka: 19.00 WIB)
di Hall Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM
Penonton dapat bergabung di acara ini dengan memberikan kontribusi sebesar Rp 20.000,-
***
Kebisingan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipungkiri dan tiada mampu dihindari. Perlu disadari dan diakui pula, bahwa kebisingan-kebisingan yang tidak diinginkan menjadi salah satu pemicu stres yang berakibat pada menurunnya kualitas hidup manusia yang terpapar kebisingan tersebut.
LARAS Studies of Music in Society dan PKKH UGM menyelenggarakan Ansambel Musim Hujan: Konser Penggalangan Dana LARAS. Konser ini merupakan bagian dari rangkaian PEKAN MUSIK LARAS, 8-15 Januari 2016.
Keseluruhan angkaian kegiatan terdiri dari:
Off-Stage Sessions
((rangkaian artist talk dengan musik dan pemutaran film))
((gratis))
– Off-Stage Session #1
Jumat, 8 Januari 2016 | 16:00 WIB | FISIPOL UGM
Bincang-bincang tentang proses kreatif sebagai perupa dan musisi bersama Farid Stevy Asta
– Off-Stage Session #2
Minggu, 10 Januari 2016 | 19:00 WIB | Djendelo Koffie
Bincang-bincang tentang proses songwriting bersama Gilbert Pohan dan Sarita Fraya
Panitia Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2015 bekerjasama dengan PKKH UGM menyelenggarakan diskusi, yang diniatkan sebagai wahana bagi masyarakat Yogyakarta menyampaikan respon kritis terhadap perhelatan “ANTAWACANA” JSSP 2015.
Diskusi akan diselenggarakan pada:
Senin, 7 Desember 2015
Pukul 15.00 WIB-selesai
Di Ruang Gong PKKH UGM, Bulaksumur
Diskusi akan diawali dengan paparan dari Anusapati (Ketua Asosiasi Patung Indonesia/API) dan Tim Panitia JSSP 2015.
Sebagai rangkaian dari diskusi ini, Anda dipersilakan untuk mengikuti salah satu dari dua hari guided-tour yang merupakan kegiatan reguler selama JSSP 2015 berlangsung. Pilihan hari guided tour adalah:
– Sabtu, 5 Desember 2015, pukul 16.00 WIB
– Minggu, 6 Desember 2015, pukul 16.00 WIB
Start: Plaza Tugu Golong-giling, sampai Kleringan.
“Lahir, Tumbuh, Kembang Teater Garasi”
27 November 2015, pukul 15.00-17.00 WIB, di Ruang Gong PKKH UGM
Teater Garasi adalah salah satu potret teater yang hingga kini memiliki napas dan sedang terus mencatat pengalaman panjang. Lahir dari lingkungan kampus di tahun 1993, dengan berpijak pada keyakinan dan praktik langsung bahwa seni pertunjukan adalah sekaligus proses dan laku produksi pengetahuan, untuk terlibat secara dialektis dalam lingkungan sosial dan politik.
Visi dan basis praktik ini mengantarkan karya-karya dan awak Teater Garasi ke dalam kancah seni pertunjukan global sejak tahun 2000-an. Untuk menyebut beberapa di antaranya: Singapura, Berlin, Tokyo, Shizuoka, Osaka, New York, dan Amsterdam.
Acara ini terbuka untuk umum dan gratis!
Menyusun arsip karya tari sebagai peristiwa ketubuhan memang dilematis. Oleh karena sifat-sifat kelekatan dengan konteks ruang dan waktu penciptaan dan presentasinya, itu tidak cukup hanya diwakili oleh dokumentasi foto-foto dan bahkan video.
Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM bersenang hati bekerja sama dengan Goethe-Institut Indonesien dalam penyelenggaraan pertunjukan teater boneka bertajuk “Senlima Perjalanan Tanpa Batas”, oleh Papermoon Puppet Theater dan Retrofuturisten.
Pertunjukan akan diselenggarakan pada:
Hari/Tgl: Kamis, 1 Oktober 2015
Waktu: Pukul 18.00 WIB dan 20.30 WIB
Tempat: Hall PKKH UGM, Jln. Pancasila, Bulaksumur, Yogyakarta.
Pertunjukan GRATIS dengan reservasi sebelumnya ke nomor: 0857 293 86 896. Tempat duduk terbatas!
Pameran Seni Rupa “Duh Gusti” yang berada dalam rangkaian Proyek Seni Indonesia Berkabung akan digelar pada Jumat, 18 September 2015 di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM. Pameran ini akan berlangsung hingga 25 September 2015 dengan menghadirkan karya dari tujuh perupa dan performer.
Pameran Seni Rupa “Duh Gusti” alih-alih mengungkapkan rasa duka, keprihatinan namun juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi sosial-politik yang tengah berlangsung di Indonesia melalui karya yang ditampilkan. “Duh Gusti” selain menjadi ungkapan kesedihan yang dalam namun dapat pula dimaknai sebagai ungkapan permohonan terhadap yang maha kuasa.
Ia terlahir dengan nama Kwee Tjoen Lian. Pada sebuah fase hidupnya, orangtuanya mengubah nama bocah ini menjadi Kwee Tjoen An. Adakah Anda familiar dengan nama ini? Jika Anda asing, mungkin nama Didik Hadiprayitno akan membantu. Orang sama yang kita bicarakan ini kemudian populer dengan nama Didik Nini Thowok . Ia adalah salah seorang penari Indonesia ternama, terutama melalui koreografi tarian dua wajah.
PKKH UGM mengundangnya dalam Forum Umar Kayam untuk berbagi cerita tentang pengalaman dan visinya tentang kerja kreatif dalam menari, serta pendapat kritisnya tentang ranah seni tari Indonesia dalam peta seni tari dunia.